Analisis Artikel


Warta Kota, 23 September 2010

 
Dalam postingan kali ini saya akan mengulas sedikit mengenai produk yang dipasarkan karena permintaan konsumen. Sebagai contoh, saya mengambil artikel terkait yang berjudul " Lima Kamera Saku Baru Canon ". Artikel tersebut diterbitkan oleh harian Warta Kota pada hari Kamis, 23 September 2010. Berikut ini adalah garis besar isi dari artikel tersebut.

 
Produsen kamera canon akan merilis lima poduk barunya di pasar kamera saku digital. Produk baru tersebut adalah Ixus 1000 HS, Powershot G12, Poweshot S95, Powershot SX30IS, dan Powershot SX130IS, dengan kisaran harga antara 4 juta – 5 juta rupiah. Keunggulan dari produk ini adalah telah dilengapinya teknologi High Sensitivity (HS) System untuk produk Canon Powershot G12, S95, dan Ixus 1000HS. HS System ini akan membuat kamera menjadi lebih mumpuni dalam mengatasi kepekaan cahaya sehingga menghasilkan gambar yang taja dan halus dengan warna yang cemerlang meski kondisi minim cahaya. Sedangkan dua produk lainnya menggunakan teknologi Hybrid IS yang menjadikan kemampuan fungsi Image Stabilization meningkat. Produk – produk ini diluncurkan karena banyaknya keluhan konsumen yang mengalami hasil jepretan yang kurang maksimal bila di dalam ruangan atau malam hari, seperti banyak noise dan hasil yang berbayang.

 
Berdasarkan uraian di atas, saya berpendapat bahwa permintaan konsumen sangat mempengaruhi produk yang akan dipasarkan kelak. Selain itu, keluhan konsumen dapat menjadi kritik produsen untuk memproduksikan produk yang lebih canggih lagi. Hal ini tidak lain adalah untuk menjaga kualitas produsen dalam memuaskan pelanggannya. Teknologi yang terdapat pada kamera baru Canon ini akan melengkapi produk yang sebelumnya. Dengan resolusi mutakhirnya, sangat diharapkan dapat memuaskan konsumen dan meningkatkan tingkat penjualan.

 
Continue >>>

Psikologi Konsumen


Remaja sebagai konsumen
Belanja, adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks perekonomian, baik di dunia usaha maupun di dalam rumah tangga. Namun kata yang sama telah berkembang artinya sebagai suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu. Belanja juga punya arti tersendiri bagi remaja. Entah itu memang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya maupun hanya untuk menjaga gengsi di kalangan remaja. Banyak pula remaja yang berbelanja tanpa tau dengan jelas apa kegunaannya.
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau kegiatan yang memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang diprosuksi atau dibuat oleh produsen. Contoh kegiatan konsumsi adalah seperti makan di warteg, nyukur jenggot di tukang pangkas rambut, berobat ke dokter, beli combro dan misro untuk dimakan sendiri atau berame-rame, dsb
Pola hidup konsumtif sudah mengakar di budaya bangsa Indonesia, sehingga tak mengenal tua-muda, tak mengenal kaya-miskin, keinginan untuk hidup "wah" secara merata hinggap di pikiran kita. Tentu ada pengecualian bagi segelintir orang, namun pada umumnya ya begitulah. Keinginan memiliki benda-benda pemuas panca indra yang berdampak pada bertambahnya kebutuhan energi, kian meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan per-kapita. Pendapatan mestinya tidak dihabiskan untuk keperluan konsumtif, tetapi disisihkan sebahagian untuk tabungan. Tabungan akan bermanfaat untuk keperluan investasi, dan kemudian akan bisa digunakan untuk usaha-usaha produktif. Yang terjadi di kebanyakan orang Indonesia dewasa ini, pendapatannya bahkan minus untuk keperluan konsumtif, karena kemudahan memperoleh benda-benda dengan pembelian kredit, leasing, dll.
Perilaku konsumtif masyarakat pada dasarnya terbentuk ketika remaja yang kemudian terbawa hingga dewasa. Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang "tren". Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.
Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya, antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
Di kalangan remaja yang memiliki orangtua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.
Konsumtif vs konsumerisme
Kata "konsumtif" (sebagai kata sifat; lihat akhiran -if) sering diartikan sama dengan kata "konsumerisme". Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif ini. Namun konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi, seseorang memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. Ia membelanjakan 400 ribu rupiah dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa 100 ribu ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut berperilaku konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia butuhkan (apalagi ia membeli sepatu 200 ribu dengan kartu kredit), maka ia dapat disebut berperilaku konsumtif.
Pemaknaan istilah konsumtivisme dan konsumerisme jelas berbeda, sama hal orang menilai apa itu emas dan kuningan, tetapi kerap kali konsumtivisme di-sama-arti-kan dengan konsumerisme. Kedua istilah tersebut adalah dua hal yang berbeda maknanya. Dari kedua arti kata-kata tersebut jelas bahwa konsumerisme justru yang harus digalakkan dan konsumtivisme yang harus dijauhi.
Konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Sedangkan konsumerisme itu sendiri merupakan gerakan konsumen (consumer movement) yang mempertanyakan kembali dampak-dampak aktivitas pasar bagi konsumen (akhir). Dalam pengertian lebih luas, istilah konsumerisme, dapat diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer.
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia kontemporer (Peter Salim, 1996), arti konsumerisme (consumerism) adalah cara melindungi publik dengan memberitahukan kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya. Selain itu, arti kata ini adalah pemakaian barang dan jasa. Bila kita telesuri makna kata konsumtivisme maupun konsumerisme bukan sesuatu hal yang baru. Sebab pada dasarnya -isme yang satu ini ternyata sudah lama ada dan sejak awal telah mengakar kuat di dalam kemanusiaan kita (our humanity). Hal ini bisa kita lihat dari ekspresinya yang paling primitif hingga yang paling mutakhir di jaman modern ini.
Konsumerisme adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yaitu consumerism. Defenisi otentik dari konsumerisme antara lain disebutkan;
Menurut Encyclopedia Britanica, Konsumerisme sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk kepentingan pihak pembeli.
Dari semua defenisi yang ada di atas, nyata bahwa konsumerisme memiliki nilai luhur yang harus diperjuangkan untuk kepentingan konsumen.
Apakah Konsumtif Berbahaya?
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.
Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah "lebih besar pasak daripada tiang" berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.

Berdasarkan uraian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Pengertian Psikologi Konsumen?
    Merupakan manusia yang berkemauan dan berkecerdasan karenanya di mungkinkan terjadi proses mental yang sifatnya abstrak di dalam dirinya.
  2. Perilaku Konsumen dari sudut pandang psikologi?
    Membantu dalam memahami proses-proses psikologi yang sifatnya individual seperti kepribadian, motivasi, persepsi, proses belajar, sikap dan dinamika kelompok yang berpengaruh terhadap prilaku konsumen.
  3. Apa yang di maksud dengan konsumsi, konsumen, konsumtif dan konsumerisme ? Berikan masing-masing contohnya?
    1. Konsumsi: Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau kegiatan yang memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa yang diprosuksi atau dibuat oleh produsen.
      Contohnya: makan di restoran, menyewa tukang kebun, berobat ke dokter, menggunakan jasa travel, dll.
    1. Konsumen: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
      Contohnya: pembeli
      1. Konsumtif: suatu kegiatan mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
        Contohnya: Perilaku boros
      2. Konsumerisme: Menurut Encyclopedia Britanica, Konsumerisme sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk kepentingan pihak pembeli.
        Contohnya: melindungi publik dengan memberitahukan kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya.
  4. Pengaruh lingkungan terhadap prilaku konsumen? Berikan contohnya?
    Pengaruh lingkungan terhadap prilaku konsumen:
    Hal ini di pengaruhi karena lingkungan banyak memberikan informasi. Dimana lingkungan ini melalui komunikasi akan menyediakan informasi yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen. Adapun bentuknya antara lain komunikasi kelompok, komunikasi dari mulut ke mulut, komunikasi pemasaran dan lintas kelompok. Pengaruh lingkungan dapat pula datang dari orang terdekat, teman misalnya. Bagi remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri, teman dapat memberikan pengaruh yang sangat besar, karena ingin menjaga gengsi. Selain itu, role mode artis pun dapat menjadikan faktor perilaku konsumtif bagi fansnya yang ingin menjadi glamour seperti idolanya.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumsi

http://organisasi.org/jenis_macam_kegiatan_ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi_definisi_pengertian_pendidikan_pengenalan_ekonomi_dasar

Ferrinadewi,Erna.2008.Merek dan Psikologi Konsumen Edisi 1.Yogyakarta:Graha Ilmu
Suryani,Tatik.2008.Perilaku Konsumen:Implikasi pada Strategi Pemasaran Edisi 1. Yogyakarta:Graha Ilmu
Continue >>>

. . taMu-taMu . .

free counters
 

....iMAji MeW..... ♣ ♣ ♣ Mamanunes Templates ♣ ♣ ♣ Inspiração: Templates Ipietoon
Ilustração: Gatinhos - tubes by Jazzel (Site desativado)