skizofren_a.k.a. orang gila


Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Faktor Penyebab Skizofrenia antara lain : sejarah keluarga, tumbuh kembang di tengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti amphetamine, stress yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Tipe I : symptom positif, mencakup hal – hal yang berlebihan dan distorsi seperti halusinasi dan waham. Bentuk tipe 1 mungkin melibatkan kerusakan dalam mekanisme inhibisi (penghambatan) pada otak yang biasanya akan mengontrol perilaku yang berlebihan atau menyimpang. Dasar dari malfungsi ini mungkin gangguan dalam penyaluran atau pengaturan dopamine di otak, karena obat – obat antipsikotik yang mengatur fungsi dopamine memperbesar adanya dampak terhadap simtom positif. Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
• Delusi (Waham), adalahkeyakinan yang berlawanan dengan kenyataan. Dapat disebut juga keyakinan yang salah yang menetap pada pikiran seseorang tanpa mempertimbangkan dasar yang tidak logis dan tidak ada bukti untuk mendukung keyakinannya itu. Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain. Berikut ini merupakan beberapa gambaran mengenai delusi :
- Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke dalam pikirannya oleh suatu sumber eksternal.
- Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan.
- Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri secara tiba – tiba dan tanpa terduga oleh suatu sumber eksternal.
- Beberapa pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu sumber eksternal.
• Halusinasi, yaitu suatu pengalaman indrawi tanpa adanyastimulasi dari lingkungan. Berikut adalah beberapa tipe halusinasi :
- Beberapa pasien skizofren menuturkan bahwa mereka mendengar pikirannya diucapkan oleh suara lain
- Beberapa pasien mengklaim bahwa mereka mendengar suara – suara yang saling berdebat
- Beberapa pasien mendengar suara –suara yang mengomentari perilaku mereka.

Tipe II, simptom negatif, mancakup bebagai deficit behavioral. Symptom ini cenderung bertahan melampaui suatu episode akut dan memiliki efek cukup parah terhadap kehidupan para pasiennya, dikaitkan dengan fungsi yang lebih buruk sebelum orang mengalami skizofrenia, atau fungsi pramobrid, dan dengan penurunan yang lebih progresif dalam fungsi yang membawa pada ketidakmampuan yang lebih bertahan lama. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia). Pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.

• Avoliton, merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Mereka mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dalam pekerjaan, sekolah, dan rumah tangga, dan dapat menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan duduk – duduk tanpa melakukan sesuatu. Misalnya tidak mampu mandi sendiri, makan sampai selesai, dll.
• Alogia, merupakan gangguan pikiran negatif. Dalam miskin percakapan, jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Dalam isi percakpan, jumlah percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta diulang – ulang. Misalnya, membisu beberapa hari.
• Anhedonia, ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Ini tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas reaksional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain. Pasien sadar akan simtom – simtom ini dan menuturkan bahwa yang biasanya dianggap aktivitas menyenangkan tidaklah demikian bagi mereka.
• Afek datar, hampir tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respon emosional. Pasien menatap dengan pandangan kosong, otot – otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara, pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih.
• Asosialitas, ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial. Mereka hanya punya sedikit teman, ketrampilan sosial rendah, dan sangat kurang berminat untk berkumpul bersama orang lain.

Subtipe Skizofrenia
Keyakinan bahwa terdapat perbedaan bentuk atau jenis – jenis skizofrenia berawal dari Kraeplin yag mendata tiga tipe skizofrenia, yaitu paranoid, katatonik, dan hebefrenik (sekarang disebut tipe tidak terorganisir). DSM-IV pun mencatat tiga tipe khusus dari skizofrenia tersebut ; disorganisasi, katatonik, dan paranoid.
• Tipe Tidak Terorganisasi (disorganized type), dihubungkan dengan ciri – ciri seperti perilaku yang kacau, pembicaraan yang tidak koheren, halusinasi yang jelas dan sering, afek yang datar atau tidak sesuai, dan waham yang tidak terorganisir yang sering melibatkan tema – tema seksual atau dingin. Mereka juga menunjukkan kedunguan dan mood yang gamang, cekikikan, dan bicara yang tidak – tidak.
• Tipe Katatonik (catatonic type), sub tipe skizofren yang ditandai oleh gangguan yang nyata dalam aktivitas motorik, seperti stupor katatonik. Stupor adalah kondisi relatif ataau sepenuhnya tidak sadar di mana seseorang tidak mengetahui akan atau tidak responsif terhadap lingkungan. Ciri yang mengejutkan namun kurang umum adalah Waxy Flexibility (keadaan pasien katatonik di mana tungkai digerakkan ke posisi tertentu dan ia secara kaku mempertahankan posisi tersebut). Mereka tidak akan merespon pertanyaan atau komentar selama masa tersebut, yang dapat berlangsung selama berjam – jam. Bagaimana sesudahnya mereka mungkin mengatakan mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain selama masa itu. Meskipun katatonik berhubungan dengan skizofrenia, namun mungkin juga terjadi pada gangguan fisik dan psikologis lainnya, termasuk gangguan otak, keadaan keracunan obat, gangguan metabolisme, dan gagguan mood.
• Tipe Paranoid (paranoid type), bercirikan fokus terhadap satu atau lebih waham atau adanya halusinasi auditoris yang sering. Pembicaraannya tidak menunjukkan disorganisasi yang jelas sebagaimana ciri dari tipe tidak terorganisasi, tidak juga dengan jelas menunjukkan afek datar atau tidak sesuai, atau perilaku katatonik. Waham mereka sering mencakup tema – tema kebesaran, persekusi, atau kecemburuan. Mereka mungkin meyakini bahwa pasangannya tidak setia tanpa peduli akan tiadanya bukti. Mereka juga mungkin sangat gelisah, bingung, dan ketakutan.

Pravelensi Skizofrenia
Menurut hasil penelitian multinasional WHO, jumlah rata – rata penderita skizofrenia tampak serupa pada budaya maju maupun berkembang. WHO memperkirakan bahwa sekitar 24 juta orang di seluruh dunia mengidap skizofrenia.
Prevalensi sepanjang hidupnya kurang dari 1% dan terjadi pada laki – laki dan perempuan kurag lebih sama banyaknya. Namun laki – laki cenderung memiliki resiko yang lebih sedikit tinggi untuk mengalami skizofrenia. Perempuan cenderung mengalami gangguan pada usia yang lebih lanjut daripada laki – laki, dengan usia awal kemunculan simtom terjadi paling banyak antara usia 25 sampai pertengahan 30 tahun untuk perempuan dan antara usia 15 sampai 25 tahun pada laki – laki. Perempuan juga cenderung mencapai tingkatan fungsi yang lebih tinggi sebelum munculnya gangguan dan memiliki perjalanan penyakit yang kurang parah daripada laki – laki.
Awal munculnya penyakit ini terkadang dimulai dari kanak – kanak, gangguan ini biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa, sedikit lebih awal pada kaum laki – laki daripada kaum perempuan. Usia timbulnya gangguan tampaknya semakin muda dalam beberapa dekade terakhir.

Beberapa Teori mengenai Penyebab Skizofren
Skizofrenia sifatnya adalah gangguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan gangguan mental yang lain.
• 50-80% pasien skizofrenia yang pernah dirawat di RS akan kambuh
• harapan hidup pasien skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada non pasien skizofrenia
• pasien skizofrenia resiko tinggi terhadap gangguan infeksi dan penyakit2 sistem peredaran darah
• 10% pasien skizofrenia resiko bunuh diri
• Beberapa factor yang turut berperan dalam prognosis skizofrenia: usia, jenis kelamin, dan sosial budaya

a. Perspektif Psikodinamika
Menurut pandangan psikodinamika, skizofrenia mencerminkan ego yang dibanjirinya oleh dorongan – dorongan seksual primitif atau agresif atau impuls – impuls yang berasal dari id. Impuls tersebut mengancam ego dan berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat. Di bawah ancaman seperti itu, orang tersebut mundur ke periode awal pada tahapan oral, yang disebut sebagai narsisme primer. Karena ego menjembatani hubungan antara diri dengan dunia luar, kerusakan pada fungsi ego ini berpengaruh terhadap adanya jarak terhadap realitas yang khas skizofrenia. Masukan dari id menyebabkan fantasi menjadi disalahartikan sebagai realitas, menyebabkan waham dan halusinasi.
Pada masa kanak – kanak awal, interaksi yang penuh kecemasan dan permusuhan antara anak dan orang tua membawa anak untuk mencari perlindungan pada dunia fantasi yang bersifat pribadi. Lingkaran setan pun terjadi:Semakin anak menarik diri, semakin berkurang kesemptan yang ada untuk membangun kepercayaan pada orang lain dan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk membangun keintiman. Kemudian, ikatan yang lemah antara anak dan orang lain mendorong kecemasan sosial dan penarikan diri yang lebih jauh. Siklus ini berlanjut sampai dewasa muda. Kemudian dihadapkan dengan meningkatnya tuntutan sosial, orang tersebut menjadi semakin dibanjiri dengan kecemasan dam menarik diri sepenuhnya ke alam fantasinya.

b. Perspektif Belajar
Dukungan untuk pandangan ini ditemukan dalam penelitian tentang operant conditioning di mana perilaku aneh dibentuk dengan imbalan.
Pada kasus Haughton dan Ayllton (1965) mengondisikan seorang perempuan (54 tahun) yang mengalami skizofren untuk berpegangan pada sapu. Seorang anggota staf memberikan perempuan itu sebuah sapu untuk dipegang, dan apabila ia melakukannya, anggota staf lainnya memberikannya rokok. Pola ini berulang beberapa kali. Segera perempuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari sapu.
Teoritikus sosial – kognitif mengemukakan bahwa modelling terhadap perilaku skizofrenik dapat terjadi di rumah sakit jiwa. Pasien mungkin mulai membuat dirinya meniru temannya yang bertindak aneh. Staf rumah sakit mungkin secara tidak sengaja memperkuat perilaku skizofrenik dengan lebih memperhatikan pasien yang menampilkan perilaku yang lebih aneh. Pemahaman ini sejalan dengan pengamatan bahwa anak – anak sekolah yang mengganggu kelas memperoleh lebih banyak perhatian dari guru mereka daripada anak – anak yang berperilaku baik.

c. Faktor genetis
Semakin dekat hubungan genetis antara orang yang didiagnosis skizofrenia dan anggota keluarga mereka, semakin besar kecenderungan mengidap skizofrenia pada keluarga mereka. Pada penelitian terhadap anak kembar, ditemukan lebih besar dukungan bagi kontribusi genetik pada skizofrenia, di mana tingkat kecenderungannya untuk gangguan ini pada kembar satu telur rata – rata berkisar 48 %, yaitu 2x lebih besar dibandingkan pada kembar 2 telur kira – kira 17 %.
Lebih jauh lagi, para pasien yang memiliki riwayat skizofrenia dalam keluarga mengalami lebih banyak simtom negatif dibanding para paien yang tidak memiliki riwayat skizofrenia dalam keluarga. Para kerabat skizofrenia juga memiliki resiko lebih tinggi terhadap gangguan lain yang dianggap sebagai bentuk skizofrenia yang tidak parah. Cukup jelas, para kerabat pasien skizofrenia memiliki resiko yang lebih tinggi, dan resiko tersebut semakin tinggi bila hubungan kekerabatannya semakin dekat.

d. Faktor Biokimia
Teori dopamin beranggapan bahwa skizofrenia melibatkan terlalu aktifnya reseptor dopamin di otak. Sumber utama pembuktian dopamin ditemukan pada efek obat – obatan antipsikotik yang disebut penenang mayor (neuroleptik). Neuroleptik yang paling banyak digunakan adalah yang berasal dari kelompok obat – obatan yang disebut phenothiazines. Obat – obatan neuroleptik menghambat reseptor dopamin sehinggga mengurangi tingkat aktivitas dopamin. Maka neuroleptik menghambat transmisi berlebih dari impuls – impuls neuron yang dapat meningkatkan perilaku skizofrenia.
Teori lainnya didasarkan pada kerja amfetamin, suatu kelompok obat – obat stimultan. Obatini meningkatkan konsetrasi dopamin pada celah simpatik dengan menghambat penyerapannya kembali oleh neuron prasinaptik. Apabila diberikan dalam dosis besar pada orang normal, obat – obat tersebut dapat menyebabkan kondisi perilaku skizofrenia yang menyerupai skizofrenia paranoid.
Secara keseluruhan, bukti menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia terdapat ketidakteraturan dalam jalur syaraf di otak yang memanfaatkan dopamin.

Pendekatan Penanganan
Tidak ada penyembuhan untuk skizofenia. Penanganan biasanya mencakup banyak segi, menggabungkan pendekatan farmakologis, psikologis, dan rehabilitatif. Kebanyakan pasien yang dirawat dalam lingkup kesehatan mental yang terorganisasi menerima beberapa bentuk obat antipsikotik, yang dimaksudkan untuk mengendalikan pola – pola perilaku yang lebih ganjil, seperti halusinasi dan waham, dan mengurangi resiko kambuh yang berulang – ulang. Berikut ini adalah beberapa macam penanganan bagi penderita psikozefrenia.
• Penanganan Biologis
 Terapi kejut dan psychosurgery
Pada tahun 1935, Moniz, seorang psikiater yang berkebangsaan Portugis, memperkenalkan lobotomi prefrontalis, suatu prosedur pembedahan yang membuang bagian – bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah. Berbagai laporan awalnya mengklaim tingkat keberhasilan yang tinggi.
Namun, pada tahun 1950-an, intervensi ini mendapatkan reputasi buruk karena beberpa alasan. Setelah pembedahan, banyak pasien menjadi tumpul dan tidak bertenaga dan sangat kehilangan berbagai kemampuan kognitifnya.
Namun alasan utama ditinggalkannya terapi ini adalah penemuan obat – obatan yang tampaknya mengurangi berbagai ekses behavioral dan emosional pada banyak pasien.
 Terapi Obat
Tidak perlu dipertanyakan bahwa perkembangan terpenting dalam terapi untuk skizofrenia adalah penemuan obat – obatan pada tahun 1950-an yangsecara kolektif disebut obat – obatan antipsikotik (neuroleptik) karena menimbulkan efek sampingyang sama dengansimtom – simtom penyakit neurologis.

• Penanganan Psikologis
 Terapi Berdasarkan Belajar
Meskipun sedikit terapis perilaku yang meyakini bahwa belajar yang salah menyebabkan skizofrenia, intervensi berdasarkan pembelajaran telah menunjukkan efektifitas dalam memodifikasi perilaku skizofrenia dan membantu orang- orang yang mengalami gangguan ini untuk mengembangkan perilaku yang lebih adaptif. Metode terapi meliputi tekhnik – tekhnik seperti:
1. reinforcement selektif terhadap perilaku, seperti memberikan perhatian terhadap perilaku yang sesuai dan menghilangkan verbalisasi yang aneh dengan tidak lagi memberikan perhatian.
2. token ekonomi, di mana individu dalam unit – unit perawatan di rumah sakit diberi hadiah untuk perilaku yang sesuai dengan token, seperti potongan plastik yang dapat ditukar dengan imbalan yang nyata seperti barang – barang atau hak – hak istimewa yang diinginkan.
3. pelatihan keterampilan sosial, di mana pasien diajarkan keterampilan untuk melakukan pembicaraan dan perilaku sosial lain yang sesuai melalui latihan, modelling, latihan perilaku, dan umpan balik.
 Rehabilitsi Psikososial
Pusat rehabilitasi dengan beragam pelayanan biasanya menawarkan perumahan sebagaimana pekerjaan dan kesempatan pendidikan. Pusat – pusat ini sering kali mempergunakan pendekatan pelatihan keterampilan untuk membantu klien mempelajari bagaimana menangani keuangan, memecahkan perselisihan dengananggota keluarga, membangun persahabatan, dan lain – lain.
 Terapi Keluarga
Menerima kenyataan, menurut Suryantha, adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi, terlalu memanjakan juga tidak baik. Pasca perawatan, biasanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya. Dalam berbicara tidak boleh emosional, agar tidak memancing kembali emosi penderita. Hal – hal yang sebaiknya keluarga penderita skizofrenia lakukan :
 Edukasi tentang skizofren, terutama biologis yang mempredisposisi seseorang terhadap penyakit tersebut, berbagai masalah kognitif yang melekat dengan skizofrenia, simtom – simtomnya, dan tanda – tanda akan terjadinya kekembuhan.
 Informasi tentang dan pemantauan berbagai efek pengobatan antipsikotik
 Menghindari saling menyalahkan
 Memperbaiki komunkasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam keluarga.
 Mendorong pasien dan keluarga untuk memperluas kontak sosial mereka.
 Menanamkan sebentuk harapan.

Contoh dalam Kasus
Referensi

• Buku
Judul : Mereka Bilang Aku Gila (Memoar Seorang Skizofrenik)
Pengarang : Ken Steele & Claire Berman
Tebal : 436 halaman
Penerbit : Qania, Bandung, 2004

Bunuh dirimu….Bakar tubuhmu…Gantung dirimu. Dunia akan lebih baik tanpamu. Tidak ada yang baik padamu, tidak ada kebaikan sama sekali. Kalimat itu terus terngiang dalam telinga Ken. Suara-suara itu begitu jelas, tetapi anehnya tidak ada orang lain di sekelilingnya, kecuali nenek, ayah dan ibunya.

Karena kelakuan yang aneh, akhirnya ibu Ken menganggap dia gila dan memasukan Ken ke Manhattan Psychiatric Centre, New York. Dari waktu ke waktu, Ken berjuang lepas dari suara-suara yang sudah menghantuinya sejak usia 14 tahun.

Ken pun harus berjuang sendiri, menjadi sasaran eksploitasi dunia pelacuran, menjalani kehidupan sebagai tunawisma, dan menghuni bangsal rumah sakit jiwa. Buku yang di angkat dari pengalaman pribadi Ken ini membuktikan bahwa dukungan keluarga mempunyai korelasi positif terhadap proses penyembuhan. Selain itu, tentu saja perlu bantuan penggunaan obat-obatan yang tepat.

Diceritakan bagaimana selama 32 tahun Ken berjuang menghadapi suara-suara tidak berwujud. Pada halaman 383 ada beberapa tips bagi keluarga yang salah satu anggotanya menderita skizofrenia.

Salah satu pembuka cakrawala bagi penderita skizofrenia, keluarga dan teman-teman dekatnya. “Sudah semestinya buku ini dibaca oleh penyandang skizofrenia dan keluarganya. Juga para profesional di bidang kesehatan mental, dan siapa pun yang peduli pada mereka yang menderita gangguan mental,” demikian komentar Publishers Weekley dalam salah satu terbitannya.

• Film
Judul : A Beautiful Mind
Sutradara : Ron Howard
Pemeran : Russel Crowe, Ed Harris, Jennifer Connelly, Paul Bettany, Adam Golberg, dll.
Produser : Brian Gazer dan Ron Howard
Skenario : Akiva Goldsman (berdasar biografi Sylvia Nasar)
Film lama ini wajib ditonton bagi Anda yang memiliki teman atau anggota keluarga yang menderita penyakit skizofrenia. Akan sangat membantu memahami kejiwaan penderita, dan yang terpenting membuka wawasan betapa besarnya peran keluarga dan teman dekat untuk menyembuhkan atau mengendalikan penyakit ini.

Diangkat dari kisah nyata John Forbes Nash Jr (Russel Crowe) yang ditulis oleh Silvia Nasar. Tokoh utama dalam film ini seorang ilmuwan jenius Matematika, salah satu peraih nobel pada 1994.

Dalam film ini dikisahkan kehidupan Nash bersama mahasiswa yang kelak dinikahinya, Allicia (Jennifer Connely). Nash yang semula normal berubah drastis menjadi sangat misterius. Meyakini bahwa dirinya bekerja untuk Badan Intelijen Amerika, memecahkan kode-kode rahasia untuk memenangi perang dingin antara AS melawan Rusia (Uni Soviet).

Digambarkan bagaimana Nash menyadari penyakitnya dan berusaha melawan halusinasi tokoh-tokoh dari CIA. Digambarkan pula bagaimana besarnya peran sang istri, sehingga akhirnya Nash dapat kembali menjalani kehidupan normal. Tidak sembuh, tapi berhasil mengendalikan dan mengabaikan bisikan serta kehadiran tokoh-tokoh CIA yang sebenarnya memang tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C,etc.2006.Psikologi Abnormal.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
Nevid, Jeffrey S,etc.2005.Psikologi Abnormal Jilid 2.Jakarta:Erlangga
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1617336-seputar-dunia-skizofrenia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Skizofrenia
http://www.sivalintar.com/skizofrenia2.html
http://klinis.wordpress.com/2007/08/31/skizofrenia/

0 komentar:

Posting Komentar

. . taMu-taMu . .

free counters
 

....iMAji MeW..... ♣ ♣ ♣ Mamanunes Templates ♣ ♣ ♣ Inspiração: Templates Ipietoon
Ilustração: Gatinhos - tubes by Jazzel (Site desativado)